Thursday, May 21, 2009


2009

Detik-Detik Rasulullah Dijemput Sakaratul Maut
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yangdicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupunlangit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkansayap.Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahaiumatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara padakalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akanmasuk syurga bersama-sama aku."Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yangtenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakarmenatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turunmenahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Alimenundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnyasudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hatisemua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesaimenunaikan tugasnya didunia.Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergasmenangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turundari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir disana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi,tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringatdan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkansalam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidakmengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimahyang membalikkan badan dan menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukamata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Taktahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu denganpandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagianwajah anaknya itu hendak dikenang."Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialahyang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kataRasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat mautdatang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidakikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilLah Jibril yang sebelumnyasudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah danpenghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" TanyaRasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telahterbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbukalebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masihpenuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" TanyaJibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatkukelak?" "Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengarAllah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja,kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahanruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbahpeluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratulmaut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yangdi sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkanmuka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"Tanya Rasulullah pada Malaikat Penghantar Wahyu itu. "Siapakah yangsanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yangtidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat rasa maut ini, timpakansaja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." BadanRasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segeramendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakataimanuku" - "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah diantaramu."Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat salingberpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembalimendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulaikebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'alaMuhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullahkepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agartimbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allahdan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada ituhanyalah fana belaka

No comments:

Post a Comment